Teknik Encoding, Data Encoding, Pengkodean Data
Teknik Dasar Encoding Data, Jenis Jenis Encoding Data, Perbedaan NRZ-L dan NRZ-I, Teknik Encoding, Data Encoding, Pengkodean Data, What is Encoding, 4 Kombinasi Data dan Sinyal Data, Contoh Pengkodean Data, Sistem Pengkodean Data
- Teknik Encoding merupakan proses menempatkan karakter tertentu (seperti huruf, simbol, angka, tanda baca) ke dalam format khusus untuk transmisi atau untuk efisiensi penyimpanan.
- Dalam transmisi data terdapat 4 kombinasi transmisi yang didasarkan pada jenis data yang dikirim dan sinyal yang digunakan, yaitu:
- Data Digital ke Sinyal Digital
- Data Digital ke Sinyal Analog
- Data Analog ke Sinyal Digital
- Data Analog ke Sinyal Analog
- Data Analog merupakan sinyal data berbentuk gelombang sinus dan bersifat kontinu. Gelombang ini membawa informasi dengan mengubah karakteristik dari gelombang. Gelombang ini mudah terpengaruh oleh derau.
Gelombang sinus yang dihasilkan memiliki 3 parameter, yaitu:
- Amplitudo adalah ukuran tinggi-rendah tegangan dari sinyal analog
- Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik
- Fase adalah besar sudut sinyal analog pada saat tertentu
- Data Digital merupakan sinyal data dalam bentuk pulsa dan bersifat dinamis. Gelombang ini dinyatakan dalam bentuk biner (0 dan 1). Gelombang ini tidak terpengaruh derau, namun jarak transmisi relatif dekat.
- Data Analog ke Sinyal Analog ini misalkan seperti percakapan dengan telepon rumah
- Data Digital ke Sinyal Analog menggunakan Modem untuk konversi sinyal digital ke analog
- Data Analog ke sinyal Digital menggunakan Codec untuk konversi sinyal analog ke digital
- Data Digital ke Sinyal Digital menggunakan Digital Transceiver
- Teknik Encoding, di antaranya:
*Karakter = saat bernilai 0 artinya tidak ada transisi sinyal (Low Signal), saat bernilai 1 artinya ada transisi (High Signal).
*Jadi, pada saat bit "0" dinyatakan sebagai signal level nol, sedangkan pada saat bit "1" dinyatakan sebagai setengah periode bit pertamanya adalah high signal dan setengah periode bit keduanya adalah low signal
1.1. Non-Return to Zero - Level (NRZ - L)
Disini tegangan ngeatif yang dipakai untuk mewakili suatu binary dan tegangan positif dipakai untuk mewakili binary lainnya.
1.2. Non-Return to Zero - Inverted (NRZ - Inverted)
Suatu kode dimana suatu transisi (low ke high atau high ke low) pada awal suatu bit time akan dikenal sebagai binary ‘1′ untuk bit time tersebut; tidak ada transisi berarti binary ‘0′.
2. Multilevel Binary
2.1. Bipolar - AMI
Suatu kode dimana binary ‘0′ diwakili dengan tidak adanya line sinyal dan binary ‘1′ diwakili oleh suatu pulsa positif atau negatif. Zero menggambarkan tidak adanya line signal. Satu menggambarkan positif atau negatif sinyal.
2.2. Pseudoternary
Suatu kode dimana binary ‘1′ diwakili oleh ketiadaan line sinyal dan binary ‘0′ oleh pergantian pulsa-pulsa positif dan negatif. Satu menggambarkan adanya jalur sinyal. Zero menggambarkan perwakilan dari positif dan negatif.
3. Biphase
3.1. Manchester
Suatu kode dimana ada suatu transisi pada setengah dari periode. Tiap bit transisi low ke high mewakili ‘1′ dan high ke low mewakili ‘0′. Zero dari tinggi ke rendah di pertengahan interval. Satu dari rendah ke tinggi di pertengahan interval
3.2. Diferensiasi Manchester
Suatu kode dimana binary ‘0′ diwakili oleh adanya transisi di awal periode suatu bit dan binary ‘1′ diwakili oleh ketiadaan transisi di awal periode suatu bit.
*Keuntungan differensial encoding: lebih kebal noise, tidak dipengaruhi oleh level tegangan.
*Kelemahan dari NRZ-L atau NRZI: terbatasan dalam komponen DC dan kemampuan synchronisasi yang buruk.
4. Modulation Rate (Kecepatan dimana elemen-elemen sinyal terbentuk)
Contoh : untuk kode manchester, maksimum modulation rate = 2 / tB. Salah satu cara menyatakan modulation rate yaitu dengan menentukan rata-rata jumlah transisi yang terjadi per bit time.
5. Scrambling Technique
Teknik biphase memerlukan kecepatan pensinyalan yang tinggi relatif terhadap data rate sehingga lebih mahal pada aplikasi jarak jauh sehingga digunakan teknik scrambling dimana serangkaian level tegangan yang tetap pada line digantikan dengan serangkaian pengisi yang akan melengkapi transisi yang cukup untuk clock receiver mempertahankan synchronisasi.
1.1. Non-Return to Zero - Level (NRZ - L)
Disini tegangan ngeatif yang dipakai untuk mewakili suatu binary dan tegangan positif dipakai untuk mewakili binary lainnya.
1.2. Non-Return to Zero - Inverted (NRZ - Inverted)
Suatu kode dimana suatu transisi (low ke high atau high ke low) pada awal suatu bit time akan dikenal sebagai binary ‘1′ untuk bit time tersebut; tidak ada transisi berarti binary ‘0′.
2. Multilevel Binary
2.1. Bipolar - AMI
Suatu kode dimana binary ‘0′ diwakili dengan tidak adanya line sinyal dan binary ‘1′ diwakili oleh suatu pulsa positif atau negatif. Zero menggambarkan tidak adanya line signal. Satu menggambarkan positif atau negatif sinyal.
2.2. Pseudoternary
Suatu kode dimana binary ‘1′ diwakili oleh ketiadaan line sinyal dan binary ‘0′ oleh pergantian pulsa-pulsa positif dan negatif. Satu menggambarkan adanya jalur sinyal. Zero menggambarkan perwakilan dari positif dan negatif.
3. Biphase
3.1. Manchester
Suatu kode dimana ada suatu transisi pada setengah dari periode. Tiap bit transisi low ke high mewakili ‘1′ dan high ke low mewakili ‘0′. Zero dari tinggi ke rendah di pertengahan interval. Satu dari rendah ke tinggi di pertengahan interval
3.2. Diferensiasi Manchester
Suatu kode dimana binary ‘0′ diwakili oleh adanya transisi di awal periode suatu bit dan binary ‘1′ diwakili oleh ketiadaan transisi di awal periode suatu bit.
*Keuntungan differensial encoding: lebih kebal noise, tidak dipengaruhi oleh level tegangan.
*Kelemahan dari NRZ-L atau NRZI: terbatasan dalam komponen DC dan kemampuan synchronisasi yang buruk.
4. Modulation Rate (Kecepatan dimana elemen-elemen sinyal terbentuk)
Contoh : untuk kode manchester, maksimum modulation rate = 2 / tB. Salah satu cara menyatakan modulation rate yaitu dengan menentukan rata-rata jumlah transisi yang terjadi per bit time.
5. Scrambling Technique
Teknik biphase memerlukan kecepatan pensinyalan yang tinggi relatif terhadap data rate sehingga lebih mahal pada aplikasi jarak jauh sehingga digunakan teknik scrambling dimana serangkaian level tegangan yang tetap pada line digantikan dengan serangkaian pengisi yang akan melengkapi transisi yang cukup untuk clock receiver mempertahankan synchronisasi.
6. Bipolar with 8-Zeros Substitution (B8ZS)
Suatu kode dimana :
A. Jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang mendahului oktaf ini adalah positif, maka 8 nol dari oktaf tersebut di-encode sebagai 000+-0- +
B. Jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang mendahului oktaf ini adalah negatif, maka 8 nol dari oktaf tersebut di-encode sebagai 000-+0+ -
7. High-Density Bipolar - 3 Zeros (HDB3)
Suatu kode dimana menggantikan string-string dari 4 nol dengan rangkaian yang mengandung satu atau dua pulsa atau disebut kode violation, jika violation terakhir positive maka violation ini pasti negative dan sebaliknya (lihat tabel 3.3).
Kedua kode ini berdasarkan pada penggunaan AMI encoding dan cocok untuk
transmisi dengan data rate tinggi.
Suatu kode dimana :
A. Jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang mendahului oktaf ini adalah positif, maka 8 nol dari oktaf tersebut di-encode sebagai 000+-0- +
B. Jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang mendahului oktaf ini adalah negatif, maka 8 nol dari oktaf tersebut di-encode sebagai 000-+0+ -
7. High-Density Bipolar - 3 Zeros (HDB3)
Suatu kode dimana menggantikan string-string dari 4 nol dengan rangkaian yang mengandung satu atau dua pulsa atau disebut kode violation, jika violation terakhir positive maka violation ini pasti negative dan sebaliknya (lihat tabel 3.3).
Kedua kode ini berdasarkan pada penggunaan AMI encoding dan cocok untuk
transmisi dengan data rate tinggi.
yuhuuu, sangat membantu sekalih
ReplyDeletelampu servis hp